21 Apr 2011
Kesetiaan Seorang Alexander
Posted on 23.45 by Alfredo
“Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:26)
Pendeta Florescu ditangkap oleh kepolisian Rumania di saat rezim komunis masih berkuasa. Ia dipaksa untuk menunjukkan untuk menyerahkan para anggota gereja bawah tanahnya supaya mereka juga dapat ditangkap. Selama dua minggu ia mengalami dipukuli dan disiksa, setiap malam ia tidak bisa tidur karena berjaga agar tidak diserang tikus-tikus kelaparan yang sengaja dimasukkan ke dalam sel oleh para petugas komunis.
Setelah mengetahui bahwa pukulan dan siksaan tidak membawa hasil, petugas komunis itu membawa Alexander, anak laki-laki Florescu, yang baru berusia empat belas tahun, dan mulai memukuli anak laki-lakinya itu. Di depan matanya, petugas memukuli dan menyiksa anak itu tanpa ampun. Mereka bahkan mengancam akan memukulinya sampai mati jika Florescu tidak mengatakan keberadaan orang-orang percaya lainnya.
Akhirnya, Florescu berteriak dengan penuh kemarahan meminta mereka untuk menghentikannya.
“Alexander, aku harus mengatakan apa yang mereka inginkan!” dia memanggil anaknya. “Aku sudah tidak tahan lagi menyaksikan engkau dipukuli.”
Dengan tubuh penuh luka, dan darah mengalir dari hidung dan mulutnya, Alexander menatap mata ayahnya. “Ayah, jangan melakukan ketidakadilan padaku dengan mempunyai ayah seorang pengkhianat. Tetaplah kuat! Jika mereka membunuhku, aku akan mati dengan kata “Yesus” di bibirku.”
Keberanian Alexander membuat para petugas komunis itu marah, dan mereka memukulinya hingga mati, disaksikan oleh ayahnya. Anak itu tidak hanya bertahan dalam imannya, namun ia juga telah menguatkan ayahnya untuk melakukan hal yang sama.
Sahabat NK, membaca kisah nyata ini membuat saya sangat terharu. Membayangkan jika dihadapkan pada pilihan antara mengasihi Yesus atau mengasihi keluarga dengan nyawa menjadi taruhannya. Bisakah saya membuat pilihan yang benar? Yakni tetap mengasihi Yesus, sekalipun harus mengorbankan keluarga atau bahkan nyawa saya sendiri. Bagaimana dengan Anda??
sumber : Renungan Harian
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar