Ibrani 3:14 Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula.
Suatu hari, ketika kami baru pulang dari menghadiri acara baptisan di rumah salah seorang jemaat kami yang memang memiliki kolam renang pribadi di rumahnya yang sangat besar dan mewah, tiba-tiba anak saya yang besar, Jonathan mengeluarkan pendapat demikian,”Mami..aku rasa, sebagus-bagusnya rumah itu, pasti untuk anaknya yang kecil itu, karena dia sudah sedari kecil tinggal disitu, satu waktu tetap akan merasa bosan dengan rumahnya itu dan tidak akan menganggapnya istimewa lagi.”
Saat mendengarnya saya hanya menggumam kecil menanggapinya. Tetapi otak saya berputar dan mulai berpikir, merenungkan kata-katanya. Ya, benar juga. Sesuatu yang sudah kita lihat dan kita miliki sejak semula, apalagi tanpa perjuangan untuk memperolehnya, biasanya akan menjadi satu hal yang sangat biasa dan kita tidak akan terlalu menghargainya lagi. Bahkan kita akan merasa bosan dan cenderung membandingkannya dengan milik orang lain. Labih parahnya lagi, seringkali milik orang lain itu akan tampak jauh lebih menarik dibandingkan dengan apa yang kita punya itu.
Anak saya yang masih kecil mengeluarkan pendapat yang tepat, sebuah karakter yang dimiliki oleh hampir setiap orang.
Itulah sebabnya, terkadang, sebuah keselamatan yang Tuhan tawarkan pun seringkali menjadi satu hal yang tidak terlalu dihargai, karena kita bisa memperolehnya tanpa kerja keras, tanpa satu perjuangan. Banyak orang menganggap ‘keselamatan’ Tuhan Yesus itu suatu benda murahan yang tidak menarik karena terlalu mudah mendapatkannya. Banyak orang pikir, kalau hanya cukup dengan ‘percaya’ kepada Tuhan Yesus maka kita bisa masuk surga, itu terlalu gampang dan tidak menarik sama sekali.
Dan begitu juga bagi sebagian orang, yang mendapatkan keselamatan itu sejak masih sangat muda, dan sudah lama ‘tinggal’ di dalamnya, kadang mereka merasa jenuh dan tidak lagi terlalu menghargainya. Keselamatan itu menjadi seperti sebuah rumah mewah dengan segala perlengkapannya yang mewah, tapi bukan lagi suatu benda yang bisa dibanggakan karena sudah terlalu terbiasa dengannya. Dan kejenuhan itu seringkali menuntun banyak orang percaya keluar dari dalamnya.
Kolose 2:7 Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
Sekalipun kita jenuh dan merasa begitu terbiasa dengan segala kebaikan yang sudah kita miliki, saya rasa semua akan setuju kalau saya katakan betapa bodohnya dia yang mau meninggalkan kebaikan itu. Setiap orang pasti akan setuju dengan nasihat untuk tetap teguh dengan apa yang anak tadi miliki, bahkan lakukan lebih lagi untuk mengalami kenaikan tingkat lagi dalam hidupnya.
Itulah yang Tuhan mau ingatkan kepada kita. Mengapa harus melepaskan keselamatan dan tidak menghargainya hanya karena kita merasa jenuh dan merasa terlalu banyak batasan yang Tuhan berikan? Justru sebaliknya, semakin teguhlah dan berakar kuat dalam Tuhan agar batas itu terus naik dan berkembang, sampai satu waktu kita akan melihat betapa besarnya kekayaan yang kita miliki dalam Tuhan itu. Dan betapa beruntungnya kita yang ada dalam pagar keselamatan itu. Amin.
Jangan Lupakan Kebaikan Tuhan
“Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya!” Mazmur 103:2 Kita seringkali terpaku pada keadaan dan penderitaan yang kita alami: sakit-penyakit atau persoalan rumah tangga yang pelik. Kita begitu cemas, kuatir dan takut, rasanya hari-hari yang ada begitu gelap. Wajah kita terus murung tiada tawa. Jangankan memuji-muji Tuhan, tersenyum pun berat rasanya. Masalah yang ada laksana gunung yang besar menindih kita, kita jadi lupa segala kebaikan Tuhan dan juga perbuatan-perbuatan Nya yang ajaib.
Raja Daud mengajak kita untuk mengingat-ingat apa yang sudah Tuhan perbuat: “Dia (Tuhan) yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lubang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.” (ayat 3-5). Mari renungkan sejenak: berapa kali kita melanggar firmanNya dan Tuhan selalu mengampuni? Berapa kali kita dalam kondisi lemah tak berdaya karena sakit dan Tuhan menyembuhkan? Bukankah kita ini orang-orang yang semestinya dimurkai dan binasa, tetapi karena kasihNya Ia rela mati di atas kayu salib menyelamatkan kita? Kenangkan betapa besar kasih setia dan rahmatNya atas kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita walaupun kita sering meninggalkanNya. Berapa kali kita diluputkan dari segala marabahaya? Daud mengakui, “Dalam kesesakan aku telah berseru kepada Tuhan, Tuhan telah menjawab aku dengan memberi kelegaan.” (Mazmur 118:5).
Siapakah seperti Tuhan, setiap saat tak jemu-jemu memberi pertolongan? Saat menghadapi jalan buntu, pertolongan manusia tak mungkin diperoleh, Tuhan tetap mengulurkan tanganNya dan dengan caraNya yang ajaib menolong kita. Ingat kasih kita yang mula-mula waktu bertemu Yesus dan kita diselamatkan. Mungkin kasih itu telah padam oleh segala kesibukan dan masalah sehari-hari, namun kembalilah dan ingatlah kebaikanNya selama ini, yang dengan perbuatan baik kita tak cukup membalasNya.
Sungguh, aku berkata kepada Tuhan: “Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau.” Mazmur 16:2
Terberkati dengan artikel di atas? Ayo dong bagikan ke teman-teman yang lain biar jadi berkat. Kalo kamu punya facebook / twiter/ email klik pilihan di bawah ini. GBU
Raja Daud mengajak kita untuk mengingat-ingat apa yang sudah Tuhan perbuat: “Dia (Tuhan) yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lubang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.” (ayat 3-5). Mari renungkan sejenak: berapa kali kita melanggar firmanNya dan Tuhan selalu mengampuni? Berapa kali kita dalam kondisi lemah tak berdaya karena sakit dan Tuhan menyembuhkan? Bukankah kita ini orang-orang yang semestinya dimurkai dan binasa, tetapi karena kasihNya Ia rela mati di atas kayu salib menyelamatkan kita? Kenangkan betapa besar kasih setia dan rahmatNya atas kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita walaupun kita sering meninggalkanNya. Berapa kali kita diluputkan dari segala marabahaya? Daud mengakui, “Dalam kesesakan aku telah berseru kepada Tuhan, Tuhan telah menjawab aku dengan memberi kelegaan.” (Mazmur 118:5).
Siapakah seperti Tuhan, setiap saat tak jemu-jemu memberi pertolongan? Saat menghadapi jalan buntu, pertolongan manusia tak mungkin diperoleh, Tuhan tetap mengulurkan tanganNya dan dengan caraNya yang ajaib menolong kita. Ingat kasih kita yang mula-mula waktu bertemu Yesus dan kita diselamatkan. Mungkin kasih itu telah padam oleh segala kesibukan dan masalah sehari-hari, namun kembalilah dan ingatlah kebaikanNya selama ini, yang dengan perbuatan baik kita tak cukup membalasNya.
Sungguh, aku berkata kepada Tuhan: “Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau.” Mazmur 16:2
0 komentar:
Posting Komentar